Psikolog Sebut Oversharing di Media Sosial Bisa Rugikan Orang Lain

Psikolog Sebut Oversharing – Pernah nggak kamu merasa kalau media sosial itu jadi ajang curhat tanpa batas? Setiap detik ada saja yang membagikan kisah hidupnya, mulai dari hal sepele sampai yang sangat pribadi. Tapi, tahukah kamu kalau oversharing alias membagikan terlalu banyak informasi pribadi di media sosial bukan cuma berisiko untuk diri sendiri, tapi juga bisa merugikan orang lain?

Menurut para psikolog, oversharing itu seperti bom waktu yang diam-diam mengintai, siap meledak kapan saja dan membuat kerusakan tak terduga. Gak cuma bikin orang yang share itu jadi sasaran bullying atau cybercrime, tapi juga bisa membuat orang-orang di sekitarnya ikut terkena dampak buruknya. Lalu, apa saja sih yang sebenarnya terjadi?


Oversharing Bisa Mengancam Privasi dan Keamanan Orang Sekitar

Seringkali kita nggak sadar kalau dalam membagikan cerita pribadi, kita juga ikut membuka celah bagi orang lain untuk mengorek informasi yang lebih dalam, bahkan yang sensitif. Contohnya, membagikan lokasi rumah, jadwal aktivitas, atau kebiasaan keluarga. Informasi ini, kalau jatuh ke tangan yang salah, bisa di gunakan untuk hal-hal berbahaya seperti pencurian, penipuan, atau bahkan stalking.

Selain itu, cerita-cerita yang melibatkan orang lain tanpa izin mereka, misalnya soal masalah keluarga, teman, atau rekan kerja, juga bisa melukai privasi mereka. Bayangkan kalau informasi tersebut tersebar luas, bukan cuma reputasi orang itu yang taruhannya, tapi hubunganmu dengan mereka juga bisa rusak parah. Media sosial bukan lagi ruang privat, jadi sekali kamu unggah, susah untuk menarik kembali.


Dampak Psikologis untuk Orang Lain yang Terlibat

Oversharing juga membawa dampak psikologis serius bagi orang lain yang di sebut atau di libatkan dalam postingan. Mereka bisa merasa terpapar tanpa persetujuan, merasa cemas atau malu, dan bahkan tertekan karena merasa hidupnya di pajang tanpa kontrol. Apalagi jika cerita yang di bagikan bersifat negatif atau kontroversial, tekanan sosial dan stigma bisa menghantam mental mereka.

Baca juga: https://kasliwalhospital.com/

Bayangkan seseorang yang sedang menghadapi masalah pribadi, tiba-tiba kisahnya di umbar di media sosial tanpa izin, lengkap dengan detail yang bikin mereka merasa terancam atau di hakimi. Hal ini bukan hanya menyakitkan, tapi juga bisa memperburuk kondisi mental mereka. Jadi, oversharing bukan sekadar soal diri sendiri, tapi juga soal tanggung jawab sosial.


Media Sosial Bukan Tempat Bebas untuk Segala Informasi

Banyak yang menganggap media sosial sebagai ruang bebas untuk mengekspresikan apa pun tanpa batas, padahal itu sangat berbahaya. Psikolog menekankan pentingnya batasan dalam membagikan cerita pribadi. Setiap informasi yang kamu sebarkan harus di pikirkan matang-matang konsekuensinya, terutama jika melibatkan orang lain.

Oversharing yang tidak terkendali juga memperburuk budaya digital yang penuh dengan gosip, hoaks, dan konflik. Ini bukan hanya soal kamu yang jadi korban, tapi seluruh komunitas media sosial bisa menjadi korban bersama karena informasi yang berlebihan dan tidak sehat.


Saatnya Berhenti Membagikan Semua Hal

Mungkin terdengar klise, tapi membatasi apa yang kamu bagikan di media sosial adalah langkah pertama untuk melindungi diri sendiri dan orang lain. Jangan sampai ingin terlihat “jujur dan terbuka” malah jadi bumerang yang menyakiti orang-orang terdekat. Kalau memang perlu curhat, cari cara yang lebih privat dan aman seperti berbicara langsung dengan teman terpercaya atau profesional.

Oversharing bukan cuma masalah kamu, tapi masalah kita semua. Setiap postingan punya efek domino yang bisa menyebar lebih luas dari yang kamu kira. Jadi, sebelum kamu klik “unggah,” tanyakan dulu: Apakah ini hanya urusan pribadiku? Apakah orang lain yang terkait setuju? Apakah ini aman untuk di bagikan?

Jangan sampai media sosial menjadi ladang petaka hanya karena kamu tidak bisa menahan diri untuk oversharing. Ingat, privasi dan rasa hormat terhadap orang lain adalah kunci utama menjaga hubungan dan kesehatan mental kita bersama.